Powered By Blogger

Rabu, 27 Juli 2011

posting ke- IX jarkomdat " pertemuan 26 juli 2011 " STATIC ROUTE dan DYNAMIC ROUTE"


Static Route dan Dynamic Route
Pada suatu jaringan bisnis berskala besar atau enterprise yang terdiri dari banyak lokasi yang tersebar secara remote, maka komunikasi antar site dengan management routing protocol yang bagus adalah suatu keharusan. Baik static route ataupun dynamic routing haruslah di design sedemikian rupa agar sangat efficient.
Suatu static route adalah suatu mekanisme routing yang tergantung dengan routing table dengan konfigurasi manual. Disisi lain dynamic routing adalah suatu mekanisme routing dimana pertukaran routing table antar router yang ada pada jaringan dilakukan secara dynamic.
Dalam skala jaringan yang kecil yang mungkin terdiri dari dua atau tiga router saja, pemakaian static route lebih umum dipakai. Static router (yang menggunakan solusi static route) haruslah di configure secara manual dan dimaintain secara terpisah karena tidak melakukan pertukaran informasi routing table secara dinamis dengan router-router lainnya
Suatu static route akan berfungsi sempurna jika routing table berisi suatu route untuk setiap jaringan didalam internetwork yang mana dikonfigure secara manual oleh administrator jaringan. Setiap host pada jaringan harus dikonfigure untuk mengarah kepada default route atau default gateway agar cocok dengan IP address dari interface local router, dimana router memeriksa routing table dan menentukan route yang mana digunakan untuk meneruskan paket.
Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan IP address tujuan dengan routing table dengan harapan menemukan kecocokan entry – suatu entry yang menyatakan kepada router kemana paket selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entry yang ada dalam routing table, dan tidak ada default route, maka router tersebut akan membuang paket tersebut. Untuk itu adalah sangat penting untuk mempunyai isian routing table yang tepat dan benar.
Static route terdiri dari command-command konfigurasi sendiri-sendiri untuk setiap route kepada router. sebuah router hanya akan meneruskan paket hanya kepada subnet-subnet yang ada pada routing table. Sebuah router selalu mengetahui route yang bersentuhan langsung kepada nya – keluar interface dari router yang mempunyai status “up and up” pada line interface dan protocolnya. Dengan menambahkan static route, sebuah router dapat diberitahukan kemana harus meneruskan paket-paket kepada subnet-subnet yang tidak bersentuhan langsung kepadanya.
Gambar berikut adalah contoh diagram agar memudahkan kita memahami bagaimana kita harus memberikan konfigurasi static route kepada router. Pada contoh berikut ini dua buah ping dilakukan untuk melakukan test connectivity IP dari Sydney router kepada router Perth.

Router Sydney melakukan beberapa EXEC command dengan hanya kepada router-router yang terhubung langsung kepadanya.
Sydney#show ip route
Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP
D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area
N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2
E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP
i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area
* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR
P – periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
10.0.0.0/24 is subnetted, 3 subnets
C 10.20.1.0 is directly connected, Ethernet0
C 10.20.130.0 is directly connected, Serial1
C 10.20.128.0 is directly connected, Serial0
Sydney#ping 10.20.128.252
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.128.252, timeout is 2 seconds:
!!!!!
Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/avg/max = 4/4/8 ms
Sydney#ping 10.20.2.252
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.2.252, timeout is 2 seconds:
…..
Success rate is 0 percent (0/5)
Command ping mengirim paket pertama dan menunggu response. Jika diterima adanya respon, maka command menampilkan suatu karakter “!”. Jika tidak ada response diterima selama default time-out 2 seconds, maka command ping menampilkan response suatu karakter “.”. secara default router Cisco dengan command ping menampilkan 5 paket.
Pada contoh diagram diatas, command ping 10.20.128.252 adalah jalan bagus, akan tetapi untuk command ping 10.20.2.252 justru tidak jalan. Command ping pertama berjalan OK karena router Sydney mempunyai suatu route kepada subnet dimana 10.20.128.252 berada (pada subnet 10.20.128.0). akan tetapi, command ping 10.20.2.252 tidak jalan karena subnet dimana 10.20.2.252 berada (subnet 10.20.2.0) tidak terhubung langsung kepada router Sydney, jadi router Sydney tidak mempunyai suatu route pada subnet tersebut.
Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu di-enabled pada ketiga router dengan routing protocols. Untuk konfigurasi sederhana seperti contoh diagram diatas, penggunaan route static adalah suatu solusi yang memadai.
Maka untuk router Sydney harus diberikan konfigurasi static route seperti berikut ini:
Ip route 10.20.2.0 255.255.255.9 10.20.128.252
Ip route 10.20.3.0 255.255.255.0 10.20.130.253
Pada command ip route haruslah diberikan nomor subnet dan juga IP address hop (router) berikutnya. Satu command ip route mendefinisikan suatu route kepada subnet 10.20.2.0 (mask 255.255.255.0), dimana berlokasi jauh di router Perth, sehingga IP address pada hop berikutnya pada router Sydney adalah 10.20.128.252, yang merupakan IP address serial0 dari router Perth. Serupa dengannya, suatu route kepada 10.20.3.0 yang merupakan subnet pada router Darwin, mengarah pada serial0 pada router Darwin yaitu 10.20.130.253. Ingat bahwa IP address pada hop berikutnya adalah IP address pada subnet yang terhubung langsung – dimana tujuannya adalah mengirim paket pada router berikutnya. Sekarang router Sydney sudah bisa meneruskan paket kepada kedua subnet di luar router tersebut (yang tidak bersentuhan pada router Sydney).
Anda bisa melakukan konfigurasi static route dengan dua cara yang berbeda. Dengan serial link point-to-point, anda juga bisa melakukan konfigurasi kepada interface outgoing ketimbang pada IP address router pada hop berikutnya. Misalkan anda bisa mengganti ip route diatas dengan command yang sama yaitu ip route 10.20.2.0 255.255.255.0 serial0 pada router pertama pada contoh diatas.
Kita sudah memberikan konfigurasi pada router Sydney dengan menambahkan static route, sayangnya hal ini juga belum menyelesaikan masalah. Konfigurasi static route pada router Sydney hanya membantu router tersebut agar bisa meneruskan paket pada subnet berikutnya, akan tetapi kedua router lainnya tidak mempunyai informasi routing untuk mengirim paket balik kepada router Sydney.
Misalkan saja, sebuah PC Jhonny tidak dapat melakukan ping ke PC Robert pada jaringan ini. Masalahnya adalah walaupun router Sydney mempunyai route ke subnet 10.20.2.0 dimana Robert berada, akan tetapi router Perth tidak mempunyai route kepada 10.20.1.0 dimana Jhonny berada. Permintaan ping berjalan dari PC Jhonny kepada Robert dengan baik, akan tetapi PC Robert tidak bisa merespon balik oleh router Perth kepada router Sydney ke Jhonny, sehingga dikatakan respon ping gagal.
Keuntungan static route:
  • Static route lebih aman disbanding dynamic route
  • Static route kebal dari segala usaha hacker untuk men-spoof paket dynamic routing protocols dengan maksud melakukan configure router untuk tujuan membajak traffic.
Kerugian:
  • Administrasinya adalah cukup rumit disbanding dynamic routing khususnya jika terdiri dari banyak router yang perlu dikonfigure secara manual.
  • Rentan terhadap kesalahan saat entry data static route dengan cara manual.



Static Routing
Router meneruskan paket dari sebuah network ke network yang lainnya berdasarkan rute (catatan: seperti rute pada bis kota) yang ditentukan oleh administrator. Rute pada static routing tidak berubah, kecuali jika diubah secara manual oleh administrator.


kekurangan dan kelebihan static routing:
- dengan menggunakan next hop
( + ) dapat mencegah trjadinya eror dalam meneruskan paket ke router tujuan apabila router yang akan meneruskan paket memiliki link yang terhubung dengan banyak router.itu disebabkan karena router telah mengetahui next hop, yaitu ip address router tujuan
( – ) static routing yang menggunakan next hop akan mengalami multiple lookup atau lookup yg berulang. lookup yg pertama yang akan dilakukan adalah mencari network tujuan,setelah itu akan kembali melakukan proses lookup untuk mencari interface mana yang digunakan untuk menjangkau next hopnya.


- dengan menggunakan exit interface
( + ) proses lookup hanya akan terjadi satu kali saja ( single lookup ) karena router akan langsung meneruskan paket ke network tujuan melalui interface yang sesuai pada routing table
( – ) kemungkinan akan terjadi eror keteka meneruskan paket. jika link router terhubung dengan banyak router, maka router tidak bisa memutuskan router mana tujuanya karena tidak adanya next hop pada tabel routing. karena itulah, akan terjadi eror.


routing static dengan menggunakan next hop cocok digunakan untuk jaringan multi-access network atau point to multipoint sedangkan untuk jaringan point to point, cocok dengan menggunakan exit interface dalam mengkonfigurasi static route.


recursive route lookup adalah proses yang terjadi pada routing tabel untuk menentukan exit interface mana yang akan digunakan ketika akan meneruskan paket ke tujuannya.



Dynamic Routing
Dynamic router mempelajari sendiri Rute yang terbaik yang akan ditempuhnya untuk meneruskan paket dari sebuah network ke network lainnya. Administrator tidak menentukan rute yang harus ditempuh oleh paket-paket tersebut. Administrator hanya menentukan bagaimana cara router mempelajari paket, dan kemudian router mempelajarinya sendiri. Rute pada dynamic routing berubah, sesuai dengan pelajaran yang didapatkan oleh router.


Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang sama maka perlu digunakan dynamic routing. Sebuah  dynamic routing dibangun berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh protokol routing. Protokol ini didesain untuk mendistribusikan informasi yang secara dinamis mengikuti perubahan kondisi jaringan. Protokol routing mengatasi situasi routing yang kompleks secara cepat dan akurat. Protokol routng didesain tidak hanya untuk mengubah ke rute  backup  bila rute utama tidak berhasil, namun juga didesain untuk menentukan rute mana yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.


Pengisian dan pemeliharaan tabel routing tidak dilakukan secara manual oleh admin. Router saling bertukar informasi routing agar dapat mengetahui alamat tujuan dan menerima tabel routing. Pemeliharaan jalur dilakukan berdasarkan pada jarak terpendek antara device pengirim dan device tujuan.


 dibawah ini adalah dinamik routing yang sering digunakan :


1. Routing Information Protocol (RIP)
    – Kelebihan
menggunakan metode Triggered Update
RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing.
Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update).
Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan

   – Kekurangan
Jumlah host Terbatas
RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route.
RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM).
Ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada


2. Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
   – Kelebihan
      support = 255 hop count
  – Kekurangan
    Jumlah Host terbatas


3. Open Shortest Path First (OSPF)
  -  Kelebihan
tidak menghasilkan routing loop
mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus
dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan
membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area.
waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat


   -  Kekurangan
     Membutuhkan basis data yang besar
     Lebih rumit


4. Enchanced Interior Gatway Routing Protocil (EIGRP)
 -  Kelebihan
    melakukan konvergensi secara tepat ketika menghindari loop.
    memerlukan lebih sedikit memori dan proses
    memerlukan fitur loopavoidance
 -  Kekurangan
    Hanya untuk Router Cisco


5. Exiterior Gateway Protocol (EGP)
  – Kelebihan
    Sangat sederhana dalam instalasi
  – Kekurangan
    Sangat terbatas dalam mempergunakan topologi.


Perbedaan  Statik Routing dan Dynamic Routing

• Static Routing
Router meneruskan paket dari sebuah network ke network yang lainnya berdasarkan rute(catatan: seperti rute pada bis kota) yang ditentukan oleh administrator. Rute pada static routing tidak berubah, kecuali jika diubah secara manual oleh administrator.
• Dynamic Routing
Router mempelajari sendiri Rute yang terbaik yang akan ditempuhnya untuk meneruskan paket dari sebuah network ke network lainnya. Administrator tidak menentukan rute yang harus ditempuh oleh paket-paket tersebut. Administrator hanya menentukan bagaimana cara router mempelajari paket, dan kemudian router mempelajarinya sendiri. Rute pada dynamic routing berubah, sesuai dengan pelajaran yang didapatkan oleh router.

Tabel Routing
Tabel routing (routing table) terdiri atas entri-entri rute dan setiap entri rute terdiri dari IP Address. Berikut adalah field dari tabel routing IPv4.
1.    Destination
Dapat berupa alamat IPv4 atau prefix alamat IPv4. Dalam Windows, kolom ini dinamakan Network Destination dalam display perintah route print.

2.    Network Mask
Subnet mask digunakan untuk menyesuaikan tujuan alamat IPv4 dari nilai paket yang dikirim dari field destination. Pada windows, kolom ini dinamakan Netmask.

3.    Next-Hop
Alamat IPv4 yang dilewati. Pada tabel router di Windows, kolom ini dinamakan Gateway.

4.    Interface
Interface jaringan yang digunakan untuk mengirim kembali paket IPv4. Dalam Windows, kolom ini berisi alamat IPv4 yang ditugaskan sebagai interface.

5.    Metric
Merupakan angka yang digunakan sebagai indikasi penggunaan route sehingga menjadi route yang terbaik di antara banyak route dengan tujuan yang sama bisa dipilih. Metric dapat menunjuk pada banyak links di jalan ke tujuan atau rute yang diinginkan untuk digunakan, tergantung banyak link.



DYNAMIC ROUTING

Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang
sama maka perlu digunakan dynamic routing. Sebuah dynamic routing dibangun berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh protokol routing. Protokol ini didesain untuk mendistribusikan informasi yang secara dinamis mengikuti perubahan kondisi jaringan. Protokol routing mengatasi situasi routing yang kompleks secara cepat dan akurat. Protokol routng didesain tidak hanya untuk mengubah ke rute backup bila rute utama tidak berhasil, namun juga didesain untuk menentukan rute mana yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Pengisian dan pemeliharaan tabel routing tidak dilakukan secara manual oleh admin. Router saling bertukar informasi routing agar dapat mengetahui alamat tujuan dan menerima tabel routing. Pemeliharaan jalur dilakukan berdasarkan pada jarak terpendek antara device pengirim dan device tujuan

 
A. ALGORITMA ROUTING
Klasifikasi Algoritma Routing :
1. Global
Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost.
Contohnya adalah algoritma link state.
2. Desentrasilasi
• Router mengetahui koneksi fisik atau link cost ke tetangga,
• Terjadi pengulangan proses komputasi dan mempertukarkan,
• Informasinya ke router tetangganya, contohnya adalah algoritma distance
vector.

 
1. DISTANCE VECTOR
Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing
dari router ke router. Perubahan table routing ini di-update antar router yang
saling berhubungan saat terjadi perubahan topologi. Setiap router menerima
table routing dari router tetangga yang terhubung secara langsung.Proses routing
ini disebut juga dengan routing Bellman-Ford atau Ford-Fulkerson. Routing
vektor jarak beroperasi dengan membiarkan setiap router menjaga tabel (sebuah
vektor) memberikan jarak yang terbaik yang dapat diketahui ke setiap tujuan dan
saluran yang dipakai menuju tujuan tersebut. Tabel-tabel ini di-update dengan
cara saling bertukar informasi dengan router tetangga.
Routing distance vektor bertujuan untuk menentukan arah atau vektor dan
jarak ke link-link lain di suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuan untuk
menciptakan kembali topologi yang benar pada suatu internetwork.
Misal, router Y menerima tabel informasi estimasi dari router X, dimana
terdapat Xi, yang menyatakan estimasi waktu yang dibutuhkan oleh X untuk
sampai ke router i. Bila Y mengetahui delay ke X sama dengan m milidetik, Y
juga mengetahui bahwa Y dapat mencapai router i dalam Xi + m milidetik.
Struktur data tabel Distance Vector :
• Setiap node (router) memilikinya,
• Baris digunakan menunjukkan tujuan yang mungkin,
• Kolom digunakan menunjukkan untuk setiap node tetangga secara langsung,
• Sebagai contoh : pada router X, untuk tujuan Y melalui tetangga Z.
• Pembentukan tabel routing dilakukan dengan cara tiap-tiap router saling
bertukar informasi routing dengan router yang terhubung secara langsung.
• Proses pertukaran informasi dilakukan secara periodik, misal setiap 45 detik.

 
Update table routing dilakukan ketika terjadi perubahan toplogi
jaringan. Sama dengan proses discovery, proses update perubahan topologi
step-by-step dari router ke router. Gambar diatas menunjukkan algoritma
distance vector memanggil ke semua router untuk mengirim ke isi table
routingnya. Table routing berisi informasi tentang total path cost yang
ditentukan oleh metric dan alamat logic dari router pertama dalam jaringan
yang ada di isi table routing, seperti skema oleh gambar di bawah ini.
Analogi distance vector dapat dianalogikan dengan jalan tol. Tanda
yang menunjukkan titik ke tujuan dan menunjukkan jarak ke tujuan. Dengan
adanya tanda-tanda seperti itu pengendara dapat dengan mudah mengetahui
perkiraan jarak yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan. Dan tentunya
jarak terpendek adalah rute yang terbaik.

 
Permasalahan RIP
Inconsistent routinggatering, cara mencegahnya dengan cara :
  1. Split horizon : yang menerima informasi tidak mungkin membalikkan informasi
  2. Poisoning
  3. Hold down Timer : router akan menunda routing table
  4. Poison Reserve : menginformasikan mengenai kondisi
  5. Trig Gred update : jika mati dapat langsung mengirimkan informasi dan langsung menjalan kan Holdown timer

 
Ciri Hold Timer berhenti :
  1. Waktu habis
  2. Informsi Update sudah selesai ( poison reserve)
  3. Link lama menyala kembali

 
2. LINK-STATE
Algoritma link-state juga dikenal dengan algoritma Dijkstra atau algoritma
shortest path first (SPF). Algoritma ini memperbaiki informasi database dari
informasi topologi. Algoritma distance vector memiliki informasi yang tidak
spesifik tentang distance network dan tidak mengetahui jarak router. Sedangkan
algortima link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana
mereka inter-koneksi.
Beberapa fitur yang dimiliki oleh routing link-state adalah:
1. Link-state advertisement (LSA) – paket kecil dari informasi routing yang
dikirim antar router.
2. Topological database – kumpulan informasi yang dari LSA-LSA.
3. SPF algorithm – hasil perhitungan pada database sebagai hasil dari pohon
SPF.
4. Routing table – adalah daftar rute dan interface.

 
KONSEP LINK STATE
Dasar algoritma routing yang lain adalah algoritma link state. Algoritma link state
biasa disebut sebagai algoritma Dijkstra atau algoritma Shortest Path First (SPF).
• Setiap router mempunyai peta jar,
• Router menentukan rute ke setiap tujuan di jar berdasarkan peta jar tersebut,
• Petajaringan disimpan router dalam bentuk database sebagai hasil dari
pertukaran info link-state antara router-router bertetangga di jar tersebut,
• Setiap record dalam database menunjukkan status sebuah jalur dijar (link-tate),
• Menerapkan algoritma Dijkstra,
• Topologi jaringan dan link cost diketahui oleh semua node router,
• Dilakukan dengan cara mem-broadcast informasi link state,
• Semua node memiliki informasi yang sama,
• Menghitung cost terkecil dari satu node ke node lainnya,
• Memberikan tabel rute untuk router tersebut setelah iterasi sebanyak n, diketahui
link cost terkecil untuk n tujuan.

 
B. PROTOKOL ROUTING
Routing protocol berbeda dengan routed protocol. Routing protocol
adalah komunikasi antara router-router. Routing protocol mengijinkan routerrouter
untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router
menggunakan informasi ini untuk membangun dan memperbaiki table
routingnya. Seperti pada gambar di bawah ini.
Protokol routing dinamik yang banyak digunakan dalam internetworking
TCP/IP adalah RIP (Routing Information Protocol) yang menggunakan algoritma
routing distance vector dan OSPF (Open Shortest Path First) yang menggunakan
algoritma link-state. Pada layer TCP/IP, router dapat menggunakan protokol
routing untuk membentuk routing melalui suatu algoritma yang meliputi:
1. RIP -- menggunakan protokol routing interior dengan algoritma
distance vector,
2. IGRP -- menggunakan protokol routing interior dengan algoritma Cisco
distance vector,
3. OSPF -- menggunakan protokol routing interior dengan algoritma link
state,
4. EIGRP -- menggunakan protokol routing interior dengan algoritma
advanced Cisco distance vector.
Routing Information Protocol (RIP)
Routed protocol digunakan untuk user traffic secara langsung. Routed
protocol menyediakan informasi yang cukup dalam layer address jaringannya
untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain
berdasarkan alamatnya.
RIP merupakan salah satu protokol routing distance vector yang
digunakan oleh ribuan jaringan di dunia. Hal ini dikarenakan RIP berdasarkan
open standard dan mudah diimplementasikan. Tetapi RIP membutuhkan
konsumsi daya yang tinggi dan memerlukan fitur router routing protokol.
Dasar RIP diterangkan dalam RFC 1058, dengan karakteristik sebagai berikut:
• Routing protokol distance vector,
Metric berdasarkan pada jumlah lompatan (hop count) untuk pemilihan jalur,
• Jika hop count lebih dari 15, maka paket dibuang,
• Update routing dilakukan secara broadcast setiap 30 detik.
1. RIP Versi 1
• Dokumen _ RFC1058,
• RIP _ routing vektor-jarak yang dimodifikasi dengan triggered update dan
split horizon dengan poisonous reverse untuk meningkatkan kinerjanya,
• RIP _ diperlukan supaya host dan router dapat bertukar informasi untuk
menghitung rute dalam jaringan TCP/IP,
• Informasi yang dipertukarkan RIP berupa :
a. Host
b. Network
c. Subnet
d. Rutedefault
2. RIP Versi 2
Enhancement dari RIP versi1 ditambah dengan beberapa kemampuan baru,
• Algoritma routing sama dengan RIP versi1,
• Bedanya terletak pada format dengan tambahan informasi yang dikirim,
• Kemampuan baru :
a. Tag _untuk rute eksternal,
b. Subnet mask,
c. Alamat hop berikutnya,
d. Autentikasi.
3. IGRP (Interior Gateway Routing Protocol)
IGRP merupakan distance vector IGP. Routing distance vector mengukur
jarak secara matematik. Pengukuran ini dikenal dengan nama distance vector.
Router yang menggunakan distance vector harus mengirimkan semua atau
sebagian table routing dalam pesan routing update dengan interval waktu yang
regular ke semua router tetangganya. Isi dari informasi routing adalah:
• Identifikasi tujuan baru,
• Mempelajari apabila terjadi kegagalan.
IGRP adalah routing protokol distance vector yang dibuat oleh Cisco. IGRP
mengirimkan update routing setiap interval 90 detik. Update ini advertise semua
jaringan dalam AS. Kunci desain jaringan IGRP adalah:
• Secara otomatis dapat menangani topologi yang komplek,
• Kemampuan ke segmen dengan bandwidth dan delay yang berbeda,
• Skalabilitas, untuk fungsi jaringan yang besar.

 
Secara default, IGRP menggunakan bandwidth dan delay sebagai metric.
Untuk konfigurasi tambahan, IGRP dapat dikonfigurasi menggunakan kombinasi
semua varibel atau yang disebut dengan composite metric. Variabel-variabel itu

Minggu, 24 Juli 2011

posting ke- VIII jarkomdat " pertemuan 22 juli 2011 " IPV6"

INTERNET PROTOCOL VERSI 6 (IPV6)

Internet Protocol versi 6 (IPv6) adalah generasi berikutnya dari Internet Protocol yang ditunjuk sebagai penerus IPv4. IPv6 didefinisikan pada bulan Desember 1998 olehInternet Engineering Task Force (IETF) dengan penerbitan sebuah Internet standard spesifikasi, RFC 2460. Contoh dari IPv6 adalah : FE78:2344:BE43:BCDA:4145:0:0:3A.
IPv6 memiliki ruang alamat yang jauh lebih besar daripada IPv4. Ini hasil dari penggunaan 128-bit alamat, sedangkan IPv4 hanya menggunakan 32 bit. Ruang alamat yang baru sehingga mendukung 2 128 (sekitar 3,4 × 10 38) alamat. Perluasan ini memberikan fleksibilitas dalam mengalokasikan alamat dan routing lalu lintas dan menghilangkan kebutuhan utama untuk network address translation (NAT).
Sama seperti halnya IPv4, IPv6 juga mengizinkan adanya DHCP Server sebagai pengatur alamat otomatis. Jika dalam IPv4 terdapat dynamic address dan static address, maka dalam IPv6, konfigurasi alamat dengan menggunakan DHCP Server dinamakan dengan stateful address configuration, sementara jika konfigurasi alamat IPv6 tanpa DHCP Server dinamakan dengan stateless address configuration.
Seperti halnya IPv4 yang menggunakan bit-bit pada tingkat tinggi (high-order bit) sebagai alamat jaringan sementara bit-bit pada tingkat rendah (low-order bit) sebagai alamat host, dalam IPv6 juga terjadi hal serupa. Dalam IPv6, bit-bit pada tingkat tinggi akan digunakan sebagai tanda pengenal jenis alamat IPv6, yang disebut dengan Format Prefix (FP). Dalam IPv6, tidak ada subnet mask, yang ada hanyalah Format Prefix.
Keamanan jaringan diintegrasikan ke dalam desain arsitektur IPv6. Internet Protocol Security (IP Security) pada awalnya dikembangkan untuk IPv6, tapi dikembangkan secara luas pertama kali untuk IPv4. Spesifikasi IPv6 memasukkan IP Security sebagai dasar persyaratan interoperabilitas. IPv6 telah diimplementasikan pada semua sistem operasi utama yang digunakan dalam komersial, bisnis, dan konsumen rumah lingkungan.

Format Alamat

Dalam IPv6, alamat 128-bit akan dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit, yang dapat dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan heksadesimal tersebut akan dipisahkan dengan tanda titik dua ( . Karenanya, format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan colon-hexadecimal format, berbeda dengan IPv4 yang menggunakan dotted-decimal format.
Berikut ini adalah contoh alamat IPv6 dalam bentuk bilangan biner:
0010000111011010000000001101001100000000000000000010111100111011
0000001010101010000000001111111111111110001010001001110001011010
Untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk notasi colon-hexadecimal format, angka-angka biner di atas harus dibagi ke dalam 8 buah blok berukuran 16-bit:
0010000111011010 0000000011010011 0000000000000000 0010111100111011 0000001010101010 0000000011111111 1111111000101000 1001110001011010
Lalu, setiap blok berukuran 16-bit tersebut harus dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal dan setiap bilangan heksadesimal tersebut dipisahkan dengan menggunakan tanda titik dua. Hasil konversinya adalah sebagai berikut:
21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A

Penyederhanaan bentuk alamat

Alamat di atas juga dapat disederhanakan lagi dengan membuang angka 0 pada awal setiap blok yang berukuran 16-bit di atas, dengan menyisakan satu digit terakhir. Dengan membuang angka 0, alamat di atas disederhanakan menjadi:
21DA:D3:0:2F3B:2AA:FF:FE28:9C5A
Konvensi pengalamatan IPv6 juga mengizinkan penyederhanaan alamat lebih jauh lagi, yakni dengan membuang banyak karakter 0, pada sebuah alamat yang banyak angka 0-nya. Jika sebuah alamat IPv6 yang direpresentasikan dalam notasi colon-hexadecimal format mengandung beberapa blok 16-bit dengan angka 0, maka alamat tersebut dapat disederhanakan dengan menggunakan tanda dua buah titik dua (:). Untuk menghindari kebingungan, penyederhanaan alamat IPv6 dengan cara ini sebaiknya hanya digunakan sekali saja di dalam satu alamat, karena kemungkinan nantinya pengguna tidak dapat menentukan berapa banyak bit 0 yang direpresentasikan oleh setiap tanda dua titik dua (:) yang terdapat dalam alamat tersebut. Tabel berikut mengilustrasikan cara penggunaan hal ini.
Alamat asli                                         : FF02:0000:0000:0000:0000:0000:0000:0002 
Alamat asli yang disederhanakan   :  FF02:0:0:0:0:0:0:2    
Alamat setelah dikompres                 : FF02::2

Untuk menentukan berapa banyak bit bernilai 0 yang dibuang (dan digantikan dengan tanda dua titik dua) dalam sebuah alamat IPv6, dapat dilakukan dengan menghitung berapa banyak blok yang tersedia dalam alamat tersebut, yang kemudian dikurangkan dengan angka 8, dan angka tersebut dikalikan dengan 16. Sebagai contoh, alamat FF02::2 hanya mengandung dua blok alamat (blok FF02 dan blok 2). Maka, jumlah bit yang dibuang adalah (8-2) x 16 = 96 buah bit.

Format Prefix

Dalam IPv4, sebuah alamat dalam notasi dotted-decimal format dapat direpresentasikan dengan menggunakan angka prefiks yang merujuk kepada subnet mask. IPv6 juga memiliki angka prefiks, tapi tidak digunakan untuk merujuk kepada subnet mask, karena memang IPv6 tidak mendukung subnet mask.
Prefiks adalah sebuah bagian dari alamat IP, di mana bit-bit memiliki nilai-nilai yang tetap atau bit-bit tersebut merupakan bagian dari sebuah rute atau subnet identifier. Prefiks dalam IPv6 direpesentasikan dengan cara yang sama seperti halnya prefiks alamat IPv4, yaitu [alamat]/[angka panjang prefiks]. Panjang prefiks menentukan jumlah bit terbesar paling kiri yang membuat prefiks subnet. Sebagai contoh, prefiks sebuah alamat IPv6 dapat direpresentasikan sebagai berikut:
3FFE:2900:D005:F28B::/64
Pada contoh di atas, 64 bit pertama dari alamat tersebut dianggap sebagai prefiks alamat, sementara 64 bit sisanya dianggap sebagai interface ID.


Broadcasting Methods
Pada IPv6 tidak dikenali istilah pengkelasan, hanya IPv6 menyediakan 3 jenis pengalamatan yaitu:
  • Alamat Unicast
alamat unicast yaitu alamat yang menyediakan komunikasi secara point-to-point, secara langsung antara dua host dalam sebuah jaringan. Pada alamat unicast dibagi 3 jenis lagi yaitu: alamat link local, alamat site local dan alamat global. Alamat link local adalah alamat yang digunakan di dalam satu link yaitu jaringan local yang saling tersambung dalam satu level(dalam satu subnet). Sedangkan alamat Site local setara dengan alamat private, yang dipakai terbatas di dalam satu site sehingga terbatas penggunaannya hanya didalam satu site sehingga tidak dapat digunakan untuk mengirimkan alamat diluar site ini (dalam sebuah intranet). Alamat global adalah alamat yang dipakai misalnya untuk Internet Service Provider.

  • Alamat Anycast
Alamat anycast adalah alamat yang menunjukkan beberapa interface (biasanya node yang berbeda). Paket yang dikirimkan ke alamat ini akan dikirimkan ke salah satu alamat antarmuka yang paling dekat dengan router. Alamat anycast tidak mempunyai alokasi khusus, karena jika beberapa node/interface diberikan prefix yang sama maka alamat tersebut sudah merupakan alamat anycast.

  • Alamat Multicast
Alamat multicast adalah alamat yang menunjukkan beberapa interface (biasanya untuk node yang berbeda). Paket yang dikirimkan ke alamat ini maka akan dikirimkan ke semua interface yang ditunjukkan oleh alamat ini. alamat multicast ini didesain untuk menggantikan alamat broadcast pada IPv4 yang banyak mengkonsumsi bandwidth.



Beberapa perbandingan utama IPv4 dan IPv6

IPv4
IPv6
Panjang alamat 32 bit (4 bytes)
Panjang alamat 128 bit (16 bytes)
Dikonfigurasi secara manual atau DHCP IPv4
Tidak harus dikonfigurasi secara manual, bisa menggunakan address autoconfiguration.
Dukungan terhadap IPSec opsional
Dukungan terhadap IPSec dibutuhkan
Fragmentasi dilakukan oleh pengirim dan pada router, menurunkan kinerja router.
Fragmentasi dilakukan hanya oleh pengirim.
Tidak mensyaratkan ukuran paket pada link-layer dan harus bisa menyusun kembali paket berukuran 576 byte.
Paket link-layer harus mendukung ukuran paket 1280 byte dan harus bisa menyusun kembali paket berukuran 1500 byte
Checksum termasuk pada header.
Cheksum tidak masuk dalam header.
Header mengandung option.
Data opsional dimasukkan seluruhnya ke dalam extensions header.
Menggunakan ARP Request secara broadcast untuk menterjemahkan alamat IPv4 kealamat link-layer.
ARP Request telah digantikan oleh Neighbor Solitcitation secara multicast.
Untuk mengelola keanggotaan grup pada subnet lokal digunakan Internet Group
Management Protocol (IGMP).
IGMP telah digantikan fungsinya oleh Multicast Listener Discovery (MLD).

 Mobile IP


Mobile IP adalah suatu standar yang dibuat oleh Internet Engineering Task Force (IETF) RFC 2002[3]. Mobile IP bekerja di network layer (layer 3) yang mempunyai beberapa karakteristik yang saling berhubungan kemampuan dalam mendukung node mobility. Beberapa karakteristik dari Mobile IP adalah seorang user (node) tidak terpaku pada suatu tempat atau tidak ada batasan geografis, tidak ada hubungan fisik yang dibutuhkan dan yang terakhir adalah keamanan sudah disupport oleh Mobile IP. Dari beberapa karakteristik terdapat beberapa entitas baru yang mendukung karakteristik Mobile IP, yaitu:

a. Mobile Node (MN)

Merupakan sebuah node yang melakukan perpindahan posisi dari sebuah jaringan satu ke jaringan yang lain tanpa merubah alamat IP dan masih tetap dapat terhubung dengan Correspondent Node. Mobile Node juga dapat berkomunikasi dengan node lain yang berada pada suatu lokasi yang tertentu dengan menggunakan alamat IP konstan.

b. Correspondent Node (CN)

Sebuah node yang melakukan komunikasi dengan Mobile Node. Correspondent Node dapat berfungsi sebagai Mobile Node.

c. Home Agent (HA)

Sebuah router pada Home Network yang dapat mengirimkan paket data untuk MN saat berpindah dari asalnya dan juga memelihara informasi lokasi dari MN.

d. Foreign Agent (FA)

Sebuah router pada Foreign Network yang berfungsi seperti Home Network.

e. Access Point (AP)

Sebuah akses entiti Lapis 2 yang berfungsi menyediakan sebuah hubungan antara MN dan lapis 2 wireless link.

f. Care-of-Address (COA)

Alamat yang mengidentifikasikan lokasi MN saat ini.

g. Tunnel

Jalur yang diambil oleh paket yang terenkapsualasi.

h. Agent Advertisement (AA)

Pesan pemberitahuan yang dibangun melalui ekstensi khusus dalam sebuah pesan advertise router yang berisi informasi bagi MN untuk terhubung ke Mobility Agent.
Beberapa layanan yang mendukung MIP adalah:

a. Agent Solicitation
Permintaan atau permohonan kiriman iklan layanan dari HA, FA dan Access Point oleh MN yang berisi permintaan link mendeteksi adanya paket hilang tetapi masih memiliki Care-of Address yang valid.
b. Registration
Ketika MN menjauhi HA, MN akan register ke HA dengan Care-of Address yang dimiliki, sehingga HA dapat mengetahui lokasi terbaru MN dan mengirimkan paket data.
c. Enkapsulasi
Proses penumpangan IP datagram dengan header yang IP lain yang berisi Care-of Address (alamat sementara) pada MN. IP datagram tetap utuh dan tidak tersentuh seluruhnya saat penumpangan.
d. Dekapsulasi
Proses pemisahan header IP terluar pada paket yang datang, sehingga datagram yang ditumpangkan itu dapat diakses dan dapat dikirimkan ke tujuan yang sebenarnya. Dekapsulasi adalah kebalikan dari enkapsulasi.
Sumber 
http://www.wikipedia.org/, 
http://ezine.echo.or.id/ezine7/ez-r07-pangeran_biru-pengenalan%20IPv6.txt , 
http://www.ittelkom.ac.id/library,
http://www.cisco.com/en/US/docs/internetworking/technology/handbook/IPv6.html